Sukses Modal Tulus
Tak ada yang menyangka bahwa dengan berbisnis sayur mampu menyekolahkan 9 (sembilan) anak dan semuanya sukses. Apalagi saat ini, biaya Pendidikan cenderung meningkat terus dari tahun ke tahun. Sosok sederhana dan luar biasa beranak 9 (sembilan) inilah bernama Maridi (62). Kami menemuinya siang hari ketika pak Maridi (begitu ia biasa dipanggil, red) baru selesai istirahat setelah semalaman berjualan sayur di Pasar Curug Tangerang.
Selepas sholat isya’, Maridi bergegas mengambil motor roda tiganya untuk berbelanja sayuran ke Tanah Tinggi Tangerang Kota. Rutinitas ini ia lakukan mulai pukul 20.00-22.00 WIB (malam hari). Setelah itu ia bergegas ke Pasar Curug untuk menjajakan dagangannya dengan ditemani istri dan 4 anaknya. “Saya melakukan ini sejak 1997 mas. Saya bersyukur masih diberikan nikmat kesehatan sampai sekarang”, begitu ucap Maridi pada kami. Jam kerja Maridi berjualan sayur itu malam hari mulai pukul 23.00 sampai 08.00 pagi harinya. Mengapa? Karena, pembelinya rata-rata para pedagang sayur keliling yang biasanya bawa motor gerobak. Mereka berdatangan pada malam hari dan berjualan di pagi hari.
“Meski jualan kami malam hari, saya dan istri jarang sakit. Kenapa? Karena, kami selalu jaga jam istirahatnya yaitu mulai habis sholat dhuha sampai menjelang dhuhur”, begitu Maridi memberikan resep bagaimana menjaga kesehatannya. Karenanya, meski sudah berusia 62 tahun, badannya masih terlihat kuat dan sehat bugar. Bisnis dagang sayur yang dijalankan Maridi ini tergolong sangat menguntungkan meski potensi ruginya juga besar. Ini sesuai dengan diktum bisnis: “high risk high return”, keuntungan itu berbanding lurus dengan risiko.
Terdapat 30 macam sayuran yang dijual oleh Maridi mulai dari wortel, kentang, tomat, bawang, cabai dan lain sebagainya. “Pada 2007, terjadi kebakaran di Pasar Curug. Kami semua para pedagang mengalami kerugian besar. Akhirnya kami terpaksa pinjam rentenir agar bisa terus jualan agar bisa terus jualan. Ternyata, pendapatan saya masih lebih kecil dari bunga yang saya bayarkan ke rentenir. Akhirnya, saya pulang kampung dan dapat pinjaman modal dari adik sebesar Rp. 50 juta”, begitu Maridi menceritakan mengapa tidak lagi mau berurusan dengan rentenir. Dari modal inilah Maridi akhirnya mulai bangkit dan berkembang sampai sekarang.
Dengan penghasilan rata-rata per hari Rp. 1.5-2 juta (net), Maridi mampu membeli rumah yang sekarang ia tempati seharga Rp. 37 juta. “Kami bersyukur sudah lunas utang rentenir dan kami bisa membeli rumah ini”, begitu tambahnya. Dari bisnis sayur ini pula Maridi bisa memberikan modal kepada anak-anaknya yang ingin berbisnis serupa maupun lainnya. Anak nomor dua saat ini sedang diproyeksikan menjadi pengganti Maridi untuk meneruskan bisnis sayurnya. Pria asal Boyolali ini memang sangat bersahaja meski penghasilannya per bulan bersih mencapai Rp. 50-60 juta rupiah.
Nah, apa resep rahasia Maridi hingga bisa sukses berjualan sayur sejak 1997 sampai sekarang ini? Jawabannya hanya satu kata, tulus. “Saya ini kalau berjualan modalnya cuma ketulusan mas. Maksudnya, kalau rugi ya bersyukur mungkin ini cara Allah menegur saya agar lebih baik lagi. Kalau untung pun saya bersyukur dengan berbagi kepada para tetangga. Mengapa? Karena, rizki saya itu ada kewajiban yang harus saya berikan pada para tetangga terdekat”, begitu Maridi memberikan resepnya. Sehingga, dengan ketulusan ini Maridi berbahagia bersama keluarganya. Dari sini pulalah, Maridi mulai menabung untuk pergi haji. Kita doakan, amin.
Setelah tak mau lagi berurusan dengan rentenir, Maridi atas saran temannya diminta mengajukan pembiayaan ke BPRS HIK. Nah, Kehadiran BPRS HIK sejak 5 tahun terakhir, terbukti sangat membantu memajukan bisnis sayurnya. “Saya itu nasabah HIK yang angsurannya lancar makanya HIK senang. Kalau saya minta dan butuh uang tinggal telpon langsung dicairkan”. Saya berharap, anak-anak saya nanti yang meneruskan bisnis sayur ini juga dilayani dengan baik oleh HIK”, begitu simpul Maridi menutup pembicaraan dengan kami.***amb