Pengusaha Berotak Kiri
Setelah melewati jalanan berkelok dan pemukiman padat penduduk, sampailah kami ke sebuah gudang yang luasnya tidak lebih dari 2000 m2. Dari luar tak tampak kalau di dalam gedung itu banyak sekali karyawan yang sedang bekerja. Ada yang sedang menjahit, menggergaji, mendesain dan ada pula yang angkut-angkut barang ke mobil untuk dikirim ke toko pemesan. Dari dalam, muncul sosok perempuan tegap, berkulit putih dengan langkah mantap. “Selamat datang pak AMB”, sapa Lena pada kami dengan ramah. Lena adalah pemilik “Lena Anugerah” yang bergerak di bisnis sofa, Bekasi.
“Saya mengawali bisnis ini 2006, saat itu kami baru 1 tahun keluar dari Dinasti Sofa tutup karena persaingan”, begitu Lena mengawali pembicaraan. “Basic saya itu akunting, saya suka dengan dunia hitung-hitungan. Di tempat sebelumnya pun saya pegang akunting selama 22 tahun”, tambahnya. Maka, wajar ketika sedang wawancara, ada karyawan tanya soal hitung-hitungan harga produksi dan harga jual sofa, dijawabnya dengan lugas. Mahir sekali!
Lena (56), dibesarkan oleh Dinasti Sofa sejak 1983 sampai 2005. Ia bersyukur bahwa ada “blessing in disguised” dari tutupnya Dinasti Sofa. Saat keluar, ia mencoba bisnis katering di Bali dengan modal uang pesangon. Namun, tidak sampai 1 (satu) tahun, bisnisnya pun tutup. Ia kembali ke Jakarta dan menemui bos terdahulu. Nah, dari situlah Lena menawarkan diri untuk membuka kembali bisnis sofa dengan modal stok barang Dinasti Sofa yang ia namakan “Lena Anugerah”.
Dengan kegigihannya, Lena bisa bertahan hingga saat ini. Kesehariannya yang lebih banyak berteman dengan dunia laki-laki, membuatnya tanggguh dan kuat menghadapi segala masalah. “Saya ini 22 tahun memimpin 400 karyawan Dinasti Sofa. Saat ini karyawan “Lena Anugerah” berjumlah 30 orang. Semuanya laki-laki, kecuali asisten saya itu”, jelasnya pada kami. Saat ini, “Lena Anugerah” memperolah omset rata-rata per bulan Rp. 300 juta. Dengan margin rata-rata 40 persen, Lena mampu survive hingga saat ini.
“Prinisp bisnis saya ini satu mas, jangan bohongi klien atau pelanngan”, begitu Lena membeberkan rahasia suksesnya. “Saya pun dengan karyawan seperti keluarga, karena mereka yang kerja sama saya saat ini, rata-rata keluaran Dinasti Sofa. Sehingga sudah hafal betul siapa Lena”, tambahnya pada kami. Produk “Lena Anugerah” spesialis sofa. Dari berbagai ukuran, harga dan merek semuanya dilayani. Maka, banyak pelanggan menaruh kepercayaan padanya. Baik pelanggan toko di wilayah Jadebotabek, maupun pelanggan dari luar negeri seperti Hongkong dan China.
Dengan model pamasaran online, “Lena Anugerah” mampu menjangkau pasar dalam dan luar negeri. “Jika mas AMB beli sofa bermerek misalnya Da Vinci, Lexus, dan lain-lain harga kisarannya Rp. 30-40 juta, maka kami bisa bikin barang serupa dengan harga hanya belasan juta. Kualitas bisa diadu!”, begitu Lena menyakininya. Inilah yang diburu banyak pelanngan sampai saat ini. Pantas saja, Lena lebih menyukai dagang meski hobbi-nya akunting. Inilah sosok pengusaha langka saat ini. Karena, biasanya orang berotak kiri (ahli akuntansi), tidak menyukai dunia dagang (berotak kanan). Nah, Lena ini beda. Pengusaha yang menyukai ilmu akuntansi (berotak kiri).
Bagi Lena, dunia sofa adalah hidupnya. Ia tidak ingin memaksakan dua putranya untuk meneruskan bisnisnya. Namun, ia berharap “Lena Anugerah” ini bisa terus memberi manfaat bagi mereka yang bekerja pada kami. “Saya pun bersyukur dibantu HIK sejak 2014 sampai sekarang. Terutama ketika order pas lagi banyak-banyaknya, bantuan HIK sangat kami harapkan”, demikian Lena menutup pembicaraan dengan kami.***amb